Jumat, 09 Maret 2012

EKSPOR TERBAIK DARI KOREA SELATAN : BAGAIMANA K-POP MENGGUNCANG DUNIA


Fans Kuwait sepertinya sedang merasa sedih. Puisi yang tertulis dalam menara beras mereka untuk konser Big Bang di Seoul terlihat tidak begitu menarik untuk sebuah acara pop. Sebaliknya, menara beras yang diberikan oleh sebuah klub di Indonesia terasa sangat bersemangat, dihiasi dengan pesan yang ditujukan kepada grup tersebut yang bahkan dapat digunakan sebagai slogan pariwisata: “DON’T THINK TOO MUCH. JUST COME TO INDONESIA” (Jangan berpikir terlalu banyak. Datang sajalah ke Indonesia).
Apa itu menara beras? Apa itu Big Bang? Saya juga menanyakan hal yang sama ketika saya tiba di Korea Selatan seminggu yang lalu dan menghadiri konser K-pop pertama saya di Seoul Olympic Park Gymnastics Stadium. Menara beras adalah beras yang berasal dari fans. Untuk menunjukkan cinta mereka, fans dari musik pop fans – atau K-pop – membeli berkarung-karung beras dan menyumbangkannya kepada grup favorit mereka yang kemudian akan menyumbangkan beras tersebut sebagai amal.
Di lorong di dalam stadium, berkarung-karung beras yang didekorasi dengan pita dan papan tanda berapa banyak kilogram yang disumbangkan oleh sebuah grup (100kg, 500kg 1000kg) berjejer dengan rapi seperti tempat pemujaan untuk dewa K-pop yang akan naik ke atas panggung: T.O.P, G-Dragon, Taeyang, Daesung, dan Seungri. Big Bang adalah salah satu grup terbesar dalam industri K-pop. Untuk acara konser mereka ini, 12,7 ton beras telah disumbangkan oleh 50 klub di seluruh dunia.
Bagaimana saya tahu mengenai hal ini? Karena ada sebuah bisnis khusus yang meyakinkan para fans bahwa beras mereka akan berada di tempat konser. Seung-gu Roh, staff yang telah bekerja selama 2 hari untuk menumpuk semua beras dalam konser Big Bang ini, terjun dalam bisnis ini ketika fans membeli buket bunga untuk grup yang mereka sukai. Saat ini, ia mempunyai 24 kantor cabang di seluruh Korea untuk membantunya mendapatkan beras dan mengirimkan beras tersebut dari petani ke tempat konser. Selama lima tahun ini, penjualannya meningkat sebanyak 100% setiap tahunnya namun ia mengatakan bahwa ini bukanlah bisnis yang mendapatkan keuntungan. “Saya tidak mendapatkan keuntungan dari bisnis ini,” kata Roh, “Saya hanya melakukannya karena ini adalah hal yang baik.”
Ia adalah salah satu pengecualian. Di Seoul, semua orang sepertinya mendapatkan keuntungan karena adanya K-pop. Fans dari melodi yang riang yang ditampilkan dengan tarian grup, band, dan juga solois ini semakin berkembang, dan industri yang berada di sekitar mereka juga semakin berkembang. Tur pariwisata dari Jepang dan Cina membawa satu bus penuh oleh wanita muda dan tua yang datang ke Korea untuk menonton konser K-pop dan sekaligus berbelanja. Rumah fashion membuat imitasi dari barang-barang bermerk yang dipakai oleh bintang K-pop. Reality show yang mencari bakat juga mulai bermunculan di setiap saluran televisi, sementara itu, puluhan sekolah di Seoul mengajarkan kepada muridnya bagaimana cara untuk menghadapi audisi ketat yang diadakan oleh perusahaan entertainment. Kim Hyung Seok, komposer dan produser yang menjalankan sekolah musik dimana calon bintang datang untuk berlatih, mengakui bahwa ia merasa tidak baik jika memungut uang sekolah dari murid yang mungkin tidak akan berhasil di bisnis tersebut. “Saya bertanya kepada diri saya sendiri, apakah ini hal yang benar secara moral?” Pada akhirnya, ia memutuskan bahwa edukasi bukan hanya untuk kesuksesan secara komersil. “Kami tidak dapat menghalangi orang dari apa yang ingin mereka lakukan.”
Bahkan untuk perusahaan yang mengatur mengenai hak paten K-pop, bisnis tambahan mendapatkan lebih banyak penghasilan daripada musik itu sendiri. Korea Selatan hanya dipopulasi oleh 48 juta orang, pasar yang sangat kecil bila dibandingkan dengan Jepang, yang menyumbang sebagian besar dari penjualan luar negeri album K-pop. Itulah alasan mengapa grup K-pop belajar dan bernyanyi dalam bahasa Jepang dibandingkan dengan negara lainnya. Menurut CJ&Em, salah satu perusahaan media terbesar di Seoul yang memproduksi acara Superstar K, penjualan album merupakan 40% dari penghasilan yang didapatkan dari perusahaan entertainment. 60% dari penghasilan didapatkan dari iklan, drama, dll.
Adanya batasan dari penghasilan yang didapat dari penjualan album merupakan salah satu alasan mengapa tiga perusahaan entertainment terbesar di Seoul – JYP, YG dan SM – telah membuat langkah mereka ke Amerika Latin, Eropa, dan Amerika Utara. Jika menara beras dalam konser Big Bang menunjukkan sebuah indikasi, maka mereka berada di jalur yang benar. Fans dari lebih dari 60 negara menyumbangkan beras untuk acara tersebut pada minggu lalu. Perkembangan sumbangan dari internasional, kata Roh, sangat dramatis. Pertanyaan yang tidak dapat ia jawab adalah anak-anak seperti apa yang menyukai K-pop di Kuwait. “Saya tidak tahu,” katanya sambil tertawa. “Saya ingin menanyakan pertanyaan yang sama kepada anda.”

Source: TimeWorld Global Spin
English to Bahasa: FinCh @ BigBangIndonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar